Prompt AI Akan Digantikan? Mitos Atau Fakta? Ini Jawabannya!

Tahukah kamu? Penggunaan prompt AI atau prompt engineering dewasa ini semakin menemui titik akhirnya. Berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi yang semakin pesat merupakan alasan utama mengapa pemanfaatan teknik ini dinilai usang.
Lalu jika teknik prompt AI engineering sudah tidak relevan, apakah substitusi dari teknik ini akan jauh lebih efektif? Apakah memungkinkan masyarakat untuk cepat beradaptasi dengan cara kerja Generative AI yang baru? Sebelum lebih dalam membahas sejumlah pertanyaan tersebut, mari kita mengupas mengenai peranan penting keterampilan prompt engineering yang tak lama lagi akan tergantikan.
Apa itu Prompt AI dan mengapa penting?
Tidak bisa dipungkiri, teknik prompt AI Engineering telah menciptakan terobosan dahsyat di dunia Generative AI. Menjadi sebuah bidang yang semakin berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, prompt AI adalah sebuah keterampilan yang memanfaatkan pengoptimalan perintah secara tekstual yang diinput ke dalam sistem AI untuk menghasilkan respons yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Teknik ini dilakukan dengan pemilihan kata, frasa, struktur kalimat, dan tanda baca yang tepat dengan tujuan AI dapat memahami maksud pengguna dengan baik.
Pada dasarnya, teknik ini bertujuan untuk mengarahkan AI agar lebih memahami maksud penggunanya sehingga output yang dihasilkan lebih berkualitas. Karena peran pentingnya dalam memaksimalkan kemampuan AI, prompt engineering mendapatkan perhatian luas dari berbagai kalangan.
Forum Ekonomi Dunia bahkan menyebutnya sebagai “pekerjaan masa depan” nomor satu, sedangkan CEO OpenAI, Sam Altman, menyebut teknologi ini sebagai “high-leveraged skill“. Para profesional teknologi hingga kreator konten pun berlomba-lomba menguasai teknik ini guna memaksimalkan hasil dari sistem AI.
Di media sosial, kita bisa menemukan sejumlah influencer yang mempopulerkan prompt AI engineering dengan membagikan berbagai “prompt ajaib” yang mereka klaim dapat menghasilkan konten AI yang canggih. Namun, di balik euforia ini, muncul pertanyaan mengenai seberapa lama relevansi prompt engineering akan bertahan.
Alasan Prompt AI Engineering tidak akan bertahan lama

Meskipun pemanfaatan keterampilan prompt engineering saat ini banyak dibicarakan dan mendapatkan perhatian luas, tampaknya popularitas dari teknologi ini mungkin tidak akan bertahan lama. Semakin intuitif dan mahir dalam memahami natural language oleh generasi sistem AI merupakan salah satu alasan utamanya.
Dengan kemajuan teknologi yang pesat, AI di masa depan kemungkinan akan dapat mencerna maksud pengguna dengan lebih baik tanpa memerlukan prompt AI yang rumit dan disusun secara khusus. Hal ini akan mengurangi ketergantungan pada prompt engineering sehingga terciptanya proses komunikasi dengan AI akan lebih sederhana dan to-the-point.
Selain itu, model bahasa AI terbaru seperti GPT-4 juga telah menunjukkan potensi besar dalam menyusun prompt AI secara otomatis. Artinya, kemampuan ini memungkinkan AI untuk menciptakan input yang lebih efektif tanpa campur tangan pengguna yang intensif. Seiring dengan perkembangan ini, ada kemungkinan bahwa prompt engineering akan menjadi usang dan kehilangan relevansinya.
Selain itu, efektivitas dari suatu prompt sering kali tergantung pada algoritma tertentu sehingga membatasi kegunaannya di sejumlah model AI dan versinya. Dalam konteks ini, tantangan untuk menemukan pendekatan yang universal dan efektif akan semakin meningkat, membuat keterampilan prompt engineering menjadi kurang efektif dalam jangka panjang.
Formulasi Masalah adalah jawaban dalam dunia AI
Sebenarnya, jika dikaji lebih dalam, perbedaan yang mendasar antara formulasi masalah dengan prompt engineering terlihat, terutama dalam fokus dan tugas utama serta kemampuan yang mendasarinya. Jika prompt engineering berfokus pada penyusunan perintah secara tekstual guna menghasilkan output yang optimal, formulasi masalah lebih menekankan pada kemampuan untuk mendefinisikan masalah secara gamblang, seperti menguraikan masalah serta batasan yang ada.
Dalam hal ini, prompt engineering memerlukan pemahaman yang kuat mengenai tools AI dan keterampilan berbahasa, sedangkan formulasi masalah menyanggupi pemahaman yang lebih komprehensif mengenai domain masalah dan kemampuan untuk merumuskan isu-isu yang ada di dunia nyata.
Namun, kenyataan di lapangan masih bertolak belakang dengan sejumlah kemampuan keterampilan formulasi masalah ini. Teknik ini seringkali diabaikan bahkan pengembangan sistemnya sedikit dilakukan oleh banyak orang. Salah satu penyebabnya adalah adanya penekanan yang berlebihan pada penyelesaian masalah dibandingkan dengan perumusan masalah itu sendiri. Banyak individu merasa lebih nyaman memberikan solusi daripada meluangkan waktu untuk memahami dan merumuskan masalah yang ada. Akibatnya, hal ini berpotensi menghambat inovasi dan pencarian solusi yang lebih efektif dalam berbagai konteks.
Formulasi Masalah vs Prompt Engineering
Dalam dunia kecerdasan buatan yang terus berkembang, dua keterampilan yang sering dibicarakan adalah formulasi masalah dan prompt engineering. Meskipun keduanya memiliki peran penting, formulasi masalah terbukti lebih efektif untuk menghadapi tantangan yang muncul seiring kemajuan teknologi AI. Prompt engineering berfokus pada penyusunan perintah tekstual menggunakan model bahasa, namun seiring dengan meningkatnya kecanggihan sistem AI, kemampuan ini cenderung menjadi kurang relevan.
Di sisi lain, formulasi masalah menekankan pada pemahaman mendalam terhadap isu yang ada, sehingga hal ini dapat memudahkan penggunanya untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah dengan lebih baik. Dengan mengidentifikasi akar permasalahan dan merumuskan solusi yang tepat, formulasi masalah menjadi keterampilan penting yang tidak hanya meningkatkan efektivitas penggunaan AI, tetapi juga mendorong inovasi dan kreativitas di berbagai bidang. Oleh karena itu, kemampuan dalam formulasi masalah akan menjadi keunggulan yang signifikan dalam memanfaatkan potensi AI secara maksimal di masa depan