Bantu Dapatkan Gen Z Berkualitas, Jobstreet dan MarkPlus Institute Bagikan Strategi Rekrutmen Gen-Z

Yogyakarta, 12 Juni 2024 – MarkPlus Institute berkolaborasi dengan Jobstreet dan praktisi dari berbagai industri membagikan insight dan pengalamannya dalam strategi rekrutmen hingga bagaimana menghadapi karyawan Generasi Z dalam acara Next Gen-HR Chapter Jogja yang bertajuk โDigitalisasi Rekrutmen dan Skill Masa Depanโ. Sebelum lebih jauh, Gen Z sendiri adalah mereka yang lahir pada 1996 hingga 2010 (McKinsey, 2023).
Acara ini juga membahas seputar tren rekrutmen 2024 sehingga para pengusaha dan pebisnis yang berkumpul bisa mendapatkan insight berbasis data terbaru dari MarkPlus Institute dan Jobstreet. Contohnya seperti faktor yang diperhatikan Gen Z dalam memilih pekerjaan.
Faktor Pertimbangan Gen-Z dalam Memilih Pekerjaan
a. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan menjadi penting karena mereka ingin terhindar dari lingkungan pekerjaan yang tidak sehat. Contohnya seperti atasan gila hormat atau lembur yang tidak dibayar. Dalam proses rekrutmen, hal ini dapat ditunjukkan dalam tahap wawancara HR ataupun user. Perusahaan juga dapat memanfaatkan media sosial untuk melakukan employer branding.
b. Opsi Untuk Work From Anywhere (WFA)
WFA menjadi pertimbangan karena mereka menjunjung tinggi keseimbangan dalam bekerja atau work-life-balance. Pasalnya kondisi ini mengizinkan mereka untuk mengatur pace kerja pribadi sehingga dapat memiliki rutinitas seimbang antara bekerja dan berkegiatan sehingga rekrutmen dengan dua keterangan ini lebih disukai.
Bertempat di Hotel Grand Rohan, sejumlah profesional dari MarkPlus Institute, KADIN, Jobstreet, dan Yayasan Panti Rapih membagikan pengalamannya dalam pengembangan karyawan dari tahap rekrutmen hingga promosi jabatan, khususnya untuk karyawan muda yang mayoritas merupakan Generasi Z. Dalam acara ini, strategi yang disampaikan berkaitan dengan proses rekrutmen, cara komunikasi, dan pengembangan karyawan.
Strategi Rekrutmen Gen-Z
1. Lakukan Seleksi Berlapis Dalam Rekrutmen Untuk Dapatkan Gen Z Anti-Zonk
Gen Z adalah digital native mengingat mereka telah akrab dengan teknologi sejak kecil. Sayangnya banyak dari mereka dianggap tidak memiliki social skill yang mumpuni. Pasalnya kegiatan organisasi, event, hingga magang yang seharusnya mereka lakukan secara langsung berubah menjadi online 100 persen karena pandemi 2020. Dampaknya mereka dinilai kurang dapat bekerja dengan optimal sehingga kinerja perusahaan menjadi terhambat.
โAlternatifnya adalah dengan memberikan case study untuk melihat way of thinking mereka,โ jelas Eka Kurniawan selaku Head of Partnership & Service Jobstreet. Menurut Eka, tantangan dalam pekerjaan akan selalu ada sehingga penting untuk mengetahui problem solving skill yang dimiliki kandidat sehingga perusahaan dapat mengukur kemampuan kandidat dalam menghadapi masalah nyata di dunia kerja.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan seleksi berlapis dalam proses rekrutmen Gen Z. Misalnya dengan menggunakan skema seleksi seperti: Seleksi Berkas โ Interview HR โ Case Study โ Seleksi User โ Pengumuman.ย
2. Berikan Pemahaman Berkala Seputar Company Culture
Hal lain yang kerap dikeluhkan ketika bekerja dengan Gen Z adalah sikap mereka yang dianggap โkurang sopanโ ketika bekerja. Contohnya ketika menghadapi masalah, Gen Z cenderung membicarakannya secara to-the-point dan menggunakan perantara teknologi seperti WhatsApp. Ini cukup berbeda dengan generasi pendahulunya yang cukup mempertimbangkan hierarki dalam bekerja sehingga mengawali pembicaraan dengan basa basi dahulu sebelum menyampaikan inti secara tatap muka.
โBisa memberikan feedback secara berkala kepada mereka dan lakukan secara transparan,โ ucap Raditya Tanu Hutama, Principal of MarkPlus Institute. Radit berpendapat bahwa pendekatan yang tepat adalah tidak terlalu formal dan transparan mengingat Gen Z tidak terlalu menyukai hierarki yang kaku. Kesimpulannya, sesi feedback rutin dengan atasan ini dapat menjadi peluang untuk mengingatkan kembali budaya perusahaan sehingga Gen Z memiliki attitude yang selaras dengan perusahaan.ย
3. Mengadakan Job Enrichment sebagai Tantangan dalam Bekerja
Terakhir, Gen Z dinilai mudah bosan terhadap pekerjaan yang repetitif dan monoton. Mereka juga punya kecenderungan untuk belajar hal baru sesuai kesukaan mereka. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memberikan tantangan secara berkala sehingga mereka tak jenuh dan dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan.
โPersiapkan tools-tools yang dibutuhkan untuk pengembangan karyawan lalu juga perlu berbasis PMK 40 tahun 2022,โ ujar dr. Stephani Maria Nainggolan, M.Kes selaku Direktur Utama Yayasan Panti Rapih.
Rommy Heryanto, CMT, yang merupakan ASEAN Koordinator Capacity Development Bidang SDM KADIN DIY juga menambahkan bahwa penting untuk rutin memberikan capacity building dalam rangka job enrichment karyawan. โLakukan pelatihan karyawan secara internal maupun eksternal. Coba berkolaborasi dengan lembaga pelatihan bersertifikat. Misalnya seperti MarkPlus Institute,โ jelasnya.ย
Pada akhirnya, untuk bisa mendapatkan tenaga kerja berkualitas, diperlukan tahapan seleksi yang dapat mengukur aspek penting karyawan seperti kepribadian, kemampuan, dan cara berpikir. Setelah menjadi karyawan, perusahaan juga perlu memberikan feedback secara transparan dan rutin sehingga kinerja karyawan selalui sesuai dengan budaya perusahaan. Terakhir, penting untuk memberikan pelatihan karyawan sehingga kinerja perusahaan dapat lebih optimal secara berkelanjutan.