Marketing 6.0 Cara Baru Pemasaran di Era Phygital

Seiring perkembangan teknologi, pemasaran kini melampaui batas antara dunia fisik dan digital. Buku terbaru Marketing 6.0: The Future Is Immersive, karya Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan, mengupas strategi pemasaran di dunia phygitalโdi mana teknologi seperti AR, VR, dan metaverse digunakan untuk menciptakan pengalaman konsumen yang lebih imersif dan mendalam.
Sebagai lanjutan dari seri Marketing X.0, buku ini menawarkan wawasan segar tentang bagaimana perusahaan dapat menggabungkan interaksi digital dan fisik untuk membangun koneksi yang lebih kuat dengan konsumen. Di era ini, pemasaran bukan hanya soal menawarkan produk, tetapi menciptakan pengalaman yang berarti bagi konsumen yang semakin digital-savvy.
Ingin tahu bagaimana konsep phygital ini bisa diterapkan dalam bisnis Anda? Di artikel berikutnya, kita akan membahas strategi dan peluang menarik dari Marketing 6.0 yang bisa menginspirasi pemasaran Anda di masa depan!

Perjalanan Evolusi Pemasaran dari Marketing 1.0 hingga Marketing 6.0
Setiap tahap dalam evolusi pemasaran mencerminkan perubahan besar dalam cara perusahaan berinteraksi dan memahami konsumen. Dari sekadar fokus pada produk hingga menciptakan pengalaman yang imersif, setiap fase menghadirkan pendekatan yang lebih dekat, lebih personal, dan semakin relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Mengapa evolusi ini penting, dan bagaimana Marketing 6.0 memimpin transformasi terbaru di era phygital? Mari kita telusuri lebih dalam bagaimana pemasaran terus berkembang dan membentuk masa depan bisnis di era digital-fisik yang semakin menyatu ini.
- Marketing 1.0 โ Fokus pada produk: Era ini menekankan produksi massal yang memenuhi kebutuhan dasar konsumen. Perusahaan melihat pemasaran sebagai transaksi satu-ke-satu, berfokus pada value proposition yang fungsional.
- Marketing 2.0 โ Fokus pada konsumen: Masuknya internet mengubah pendekatan dari produk ke konsumen. Perusahaan mulai memahami pentingnya mendengarkan dan memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih personal melalui pendekatan relationship marketing.
- Marketing 3.0 โ Fokus pada nilai dan kemanusiaan: Dengan munculnya media sosial, pemasaran memasuki tahap yang lebih manusiawi. Perusahaan kini melihat pasar sebagai komunitas yang memiliki hati, pikiran, dan jiwa. Value proposition tidak lagi hanya fungsional tetapi juga emosional dan spiritual, sejalan dengan nilai-nilai yang relevan bagi konsumen.
- Marketing 5.0 โ Pemanfaatan Artificial Intelligence untuk personalisasi: Di tahap ini, perusahaan memanfaatkan AI untuk mengumpulkan dan menganalisis data, menciptakan pengalaman pelanggan yang dipersonalisasi. AI memungkinkan pemasaran satu-ke-satu digital, yang relevan dan intim bagi setiap konsumen.
- Marketing 6.0 โ Menghadirkan pengalaman imersif: Era ini, dunia fisik dan digital semakin menyatu, atau disebut sebagai dunia phygital. Teknologi seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), extended reality, dan metaverse memungkinkan perusahaan untuk menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan emosional bagi konsumen.

Konsep Marketing 6.0: Menghubungkan Dunia Fisik dan Digital
Di era Marketing 6.0, konsep pemasaran imersif menjadi kunci untuk menarik perhatian generasi digital natives seperti Gen Z dan Gen Alpha. Mereka tumbuh di dunia yang menggabungkan unsur fisik dan digital, membuat pemasaran imersif semakin relevan.ย
Marketing 6.0 mendorong strategi omnichannel yang menghubungkan pengalaman online dan offlineโmisalnya, belanja online yang diikuti dengan pengambilan di toko fisik, yang menciptakan pengalaman interaktif dan kohesif.
Tren Digital yang Membentuk Masa Depan Pemasaran
Beberapa tren digital telah muncul dan berpotensi besar membentuk masa depan pemasaran. Salah satu tren yang paling mencolok adalah video pendek. Platform seperti TikTok dan Instagram Reels membuat konten video singkat menjadi sangat populer, karena mudah dikonsumsi dan dapat menyampaikan pesan dalam hitungan detik.ย
Banyak brand lokal, seperti Sariayu, memanfaatkan tren ini dengan mengunggah video tutorial dan tips kecantikan yang praktis, yang tidak hanya menarik perhatian tetapi juga memberikan nilai lebih bagi audiens. Format ini memungkinkan merek berinteraksi secara langsung dan personal dengan konsumen muda yang aktif secara digital.
Selain itu, media sosial berbasis komunitas semakin berkembang, memungkinkan merek untuk membangun komunitas yang loyal. Konsumen Indonesia sangat menyukai interaksi di media sosial yang terasa lebih dekat dan personal.ย
Wardah, misalnya, telah membangun komunitas kecantikan di Instagram, di mana para pengguna bisa bertukar pengalaman, memberikan ulasan, dan saling berbagi tips. Komunitas ini tidak hanya memperkuat loyalitas merek, tetapi juga menciptakan ruang untuk keterlibatan yang mendalam antara brand dan konsumen.
Tren berikutnya adalah e-commerce interaktif, di mana pengalaman belanja online semakin menarik dan menyerupai pengalaman belanja di toko fisik. Fitur seperti live shopping di Shopee dan TikTok memungkinkan konsumen berinteraksi langsung dengan penjual atau influencer, menanyakan produk, dan membeli secara instan.ย
Erigo, brand fashion lokal, sering mengadakan sesi live shopping di TikTok, yang menarik ribuan pengguna dengan potongan harga khusus dan penawaran eksklusif. Pengalaman ini bukan hanya sekadar belanja, tetapi hiburan yang interaktif.
Yang tak kalah penting adalah peran kecerdasan buatan (AI) dalam memberikan pengalaman yang lebih dipersonalisasi. AI membantu menganalisis data konsumen, sehingga merek dapat menawarkan rekomendasi produk dan konten yang sesuai dengan preferensi masing-masing pengguna.
Tokopedia, misalnya, menggunakan AI untuk merekomendasikan produk berdasarkan riwayat pencarian dan pembelian pengguna, sehingga pengalaman belanja terasa lebih relevan dan nyaman. Konsumen merasa diperhatikan karena mereka menerima konten yang sesuai dengan minat mereka, dan hal ini pada akhirnya meningkatkan kepuasan serta loyalitas mereka.
Keempat tren ini menunjukkan bahwa dunia pemasaran semakin mengutamakan pengalaman yang personal, interaktif, dan imersif. Dengan mengikuti tren-tren ini, merek dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan relevan dengan konsumen, menghadirkan masa depan pemasaran yang lebih dinamis di Indonesia.

Strategi Pemasaran untuk Era Imersif
Di era Marketing 6.0, pemasaran tidak lagi sekadar promosi, tetapi bagaimana membangun hubungan emosional yang kuat dengan konsumen. Masyarakat Indonesia yang aktif di dunia digital menuntut pengalaman yang semakin imersif, interaktif, dan relevan.ย
Berikut adalah strategi Marketing 6.0 yang cocok untuk situasi di Indonesia beserta contoh-contoh terkini yang bisa menjadi inspirasi bagi bisnis Anda:
- Pemasaran Multisensori: Konsumen Indonesia menyukai pengalaman yang menggabungkan elemen-elemen visual, suara, dan bahkan aroma. Misalnya, kafe-kafe dan restoran kini tidak hanya fokus pada rasa makanan, tetapi juga suasana yang mendukung.
Misalnya, Janji Jiwa menyediakan desain gerai minimalis yang estetik dengan aroma kopi khas, yang membuat konsumen merasa lebih nyaman dan terhubung dengan merek.
Contoh praktis: Sociolla, toko kecantikan lokal, memiliki offline store yang menampilkan tata cahaya yang terang dan tata letak produk yang rapi, memberikan pengalaman belanja yang lebih personal. Ditambah lagi, aroma khas di dalam toko membuat konsumen merasa betah dan berkesan. - Pemasaran Interaktif: Masyarakat Indonesia sangat interaktif di media sosial, terutama pada platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Beberapa brand telah memanfaatkan challenge atau fitur AR filter untuk mendorong interaksi konsumen.
Contoh praktis: Indomie meluncurkan tantangan #IndomieChallenge di TikTok, di mana pengguna diundang untuk membuat video kreatif menggunakan produk Indomie. Tantangan ini sukses menarik perhatian jutaan pengguna, meningkatkan keterlibatan, dan memperkuat hubungan antara merek dan konsumen. - Keterlibatan Pelanggan (Customer Engagement): Konten edukasi menjadi cara yang populer di kalangan brand untuk terus engage dengan konsumen di Indonesia. Merek bisa memberikan informasi yang bermanfaat yang sesuai dengan minat dan kebutuhan konsumen Indonesia, baik dalam bentuk artikel, webinar, atau video singkat.
Contoh praktis: Tokopedia sering mengadakan webinar dan live streaming edukasi untuk para penjual kecil yang ingin meningkatkan bisnis mereka di platform. Dengan memberikan tips bisnis dan pemasaran, Tokopedia membangun hubungan yang kuat dengan para pelaku UMKM. - Live Shopping untuk Pengalaman Belanja yang Interaktif: Live shopping semakin populer di Indonesia, terutama dengan adanya fitur di platform seperti Shopee dan TikTok. Dengan sesi live shopping, konsumen dapat berinteraksi langsung dengan host, menanyakan detail produk, dan langsung melakukan pembelian.
Contoh praktis: Shopee sering mengadakan live shopping dengan bintang tamu atau influencer lokal, di mana mereka menjual produk-produk dengan diskon spesial. Ini meningkatkan pengalaman belanja yang seru, terutama saat ada flash sale dan giveaway yang menarik. - Meningkatkan Kepercayaan Merek Melalui User-Generated Content (UGC): Konsumen di Indonesia sering kali memercayai rekomendasi dari pengguna lain. Mendorong konsumen untuk membagikan pengalaman mereka melalui UGC bisa menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan kredibilitas merek.
Contoh praktis: Erigo, brand fashion lokal, mendorong konsumennya untuk membagikan foto mengenakan produk mereka dengan tagar #ErigoTrip di Instagram. Konten ini tidak hanya menjadi testimoni yang autentik, tetapi juga membangun kepercayaan bagi calon pelanggan.

Keberlanjutan di Era Marketing 6.0
Selain teknologi, Marketing 6.0 juga menekankan pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Di era ini, perusahaan diharapkan tidak hanya berorientasi pada penjualan, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Hal ini menciptakan pendekatan holistik dan bertanggung jawab, di mana merek menjadi agen perubahan yang berkontribusi pada dunia yang lebih baik.
Evolusi pemasaran, dari Marketing 1.0 hingga Marketing 6.0, memperlihatkan betapa dinamisnya dunia pemasaran, yang selalu beradaptasi mengikuti kemajuan teknologi dan perubahan perilaku konsumen.ย
Di era Marketing 6.0, tantangannya bukan lagi sekadar menjual produk atau memuaskan konsumenโtetapi menciptakan customer experience yang imersif dan benar-benar berarti dalam dunia yang semakin phygital.
Bayangkan, dengan teknologi seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan metaverse, Anda bisa membawa pelanggan ke pengalaman yang lebih mendalam, menghubungkan dunia fisik dan digital dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya.ย
Inilah saatnya untuk berinovasi dan mulai memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh teknologi terkini!
Jadi, apakah bisnis Anda siap untuk beralih ke era Marketing 6.0? Mari kembangkan strategi yang immersive, bangun keterlibatan emosional yang kuat, dan ciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi konsumen.ย
Marketing 6.0 bukan sekadar tren, tapi masa depan pemasaran dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjadi bagian dari perubahan besar ini!