7 Alasan Mengapa AI Tidak Akan Menggantikan Manusia

Ramai dibahas mengenai Artificial Intelligence atau AI yang diisukan bakal menggantikan posisi manusia di berbagai bidang pekerjaan. AI dianggap mampu meniru berbagai kemampuan manusia dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu meskipun masih terbatas. Seiring pengembangannya, teknologi ini telah merambah ke berbagai industri, seperti keuangan, otomotif, kedokteran, dan lain sebagainya.
Namun, apakah benar AI bisa menggantikan manusia sepenuhnya?
Pertanyaan tersebut telah dibahas oleh banyak ahli dan diyakini bahwa masa depan AI adalah tentang kolaborasi manusia dan mesin. Maksudnya, AI dapat dimanfaatkan untuk memperkuat manusia, seperti membantu dalam pengambilan keputusan, melakukan tugas-tugas yang repetitif, atau mengelola data besar.
Sementara, manusia akan lebih fokus pada tugas yang memerlukan empati, kreativitas dan inovasi atau pemahaman yang mendalam. Dengan kata lain, keduanya saling melengkapi dalam berbagai cara (kolaborasi).
Di bawah ini akan dijelaskan secara spesifik alasan mengapa AI tidak akan menggantikan manusia. Simak hingga selesai, ya!
Alasan AI Tidak Akan Menggantikan Manusia

Meskipun AI memiliki potensi yang cukup besar dalam berbagai bidang, bahkan telah mendapatkan pencapaian yang signifikan, namun terdapat beberapa alasan mengapa AI tidak akan sepenuhnya menggantikan manusia dalam dunia bisnis.
1. Tidak Mampu Berpikir Kreatif dan Inovatif
Meskipun AI telah menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan dalam berbagai aspek teknologi, namun kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan masih menjadi kemampuan yang dikuasai oleh manusia.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
- Pemahaman Konteks yang Mendalam
Dalam upaya menciptakan inovasi yang relevan, diperlukan sebuah pemahaman mendalam tentang pasar, industri dan lingkungan bisnis yang cukup kompleks. Pada konteks ini, AI dapat dimanfaatkan untuk mencari data sekaligus analisis kondisi pasar, namun tetap diperlukan manusia pada tahap interpretasi dan pengembangannya.
- Intuisi dan Pengalaman
Intuisi dan pengalaman individu berperan besar dalam mengambil keputusan kreatif dan inovatif. Manusia kerap mengandalkan pengetahuan dan pengalaman mereka untuk menghasilkan ide-ide baru serta mengatasi masalah yang kompleks. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh AI sebagai mesin yang tidak memiliki rasa emosional dan empati.
- Ketergantungan pada Data yang Sudah Ada
AI sangat cerdas dalam mempelajari pola dan tren dari berbagai data yang sudah ada, namun sayangnya teknologi ini tidak memiliki kemampuan untuk membuat sesuatu yang benar-benar baru tanpa adanya data referensi.
2. Tidak Mampu Mengambil Keputusan yang Kompleks
Pengambilan keputusan yang strategis dan kompleks memerlukan pemahaman yang mendalam tentang konteks, tujuan jangka panjang dan penilaian risiko pada perusahaan. Dalam hal ini AI dapat membantu manusia dengan memberikan analisis data dan rekomendasi berdasarkan informasi yang telah dipelajari dari data sebelumnya.
Kemudian, data tersebut dapat digunakan manusia untuk mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual yang lebih luas hingga nantinya membuat keputusan akhir.
3. Tidak Mampu Menjalin Hubungan dengan Pelanggan
Perlu diakui bahwa AI memang mampu meningkatkan customer experience yang cepat dan efisien. Akan tetapi, hal tersebut harus diiringi dengan kemampuan manusia dalam menjalin hubungan dengan pelanggan yang melibatkan aspek-aspek, seperti emosi, interaksi sosial dan konteks manusiawi.
Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi antara AI dan manusia untuk menciptakan customer experience yang optimal.
4. Tidak Memiliki Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Manusia memiliki peran penting dalam mengambil keputusan atau kebijakan etis suatu perusahaan. Selain itu, mereka juga harus memastikan perusahaan melakukan segala tindakannya dengan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
Hal tersebut sulit dilakukan oleh AI karena teknologi ini memiliki keterbatasan dalam menganalisa etika dan tanggung jawab sosial.
5. Tidak Dapat Memimpin
AI dibentuk sebagai teknologi yang memiliki kemampuan untuk pemrosesan data, analisis dan pengambilan keputusan berdasarkan aturan yang telah diprogramkan atau dipelajari dari data sebelumnya. Teknologi ini tidak memiliki niat, ambisi atau kemampuan untuk memberikan arahan, visi atau kepemimpinan dalam suatu perusahaan.
Kepemimpinan hanya bisa dilakukan oleh manusia karena melibatkan hal-hal seperti kemampuan mempengaruhi, menginspirasi, memotivasi, dan membangun hubungan emosional dengan anggota timnya.

6. Tidak Dapat Membuat Program Pengembangan dan Pelatihan
Dalam membuat program training and development di suatu perusahaan, dibutuhkan peran manusia dibandingkan AI karena dianggap lebih mampu berinteraksi secara pribadi dengan individu (karyawan) untuk memahami kebutuhan, tujuan dan tingkat keterampilan karyawan satu per satu.
Selain itu, program seperti ini juga memerlukan elemen kreatif dan inovatif dalam merancang materi dan metode pembelajarannya, sehingga bisa berjalan dengan efektif sesuai dengan nilai-nilai, tujuan dan dinamika perusahaan.
7. Keterbatasan pada Keahlian Spesifik
Beberapa pekerjaan dan peran dalam bisnis memerlukan keahlian yang sangat spesifik yang sulit digantikan oleh AI tanpa pengawasan manusia. Misalnya, tugas-tugas yang berkaitan dengan kreativitas, pemecahan masalah yang kompleks, kepemimpinan dan membangun hubungan, serta etika dan tanggung jawab sosial.
Kemampuan AI dalam menjalankan tugas yang memerlukan keahlian spesifik bisa dilakukan tergantung pada kompleksitas tugas, data yang tersedia, hingga kemajuan teknologi AI itu sendiri.
Penutup
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa AI memang tidak dapat sepenuhnya menggantikan manusia walau memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam berbagai tugas dan pekerjaan.
Hal ini dikarenakan peran manusia masih sangat dibutuhkan dalam pekerjaan yang melibatkan aspek-aspek kompleks, emosional, kreatif, dan etis. Oleh karena itu, idealnya manusia dan AI bisa berkolaborasi untuk mencapai hasil terbaik dalam berbagai konteks guna menyukseskan tujuan utama perusahaan atau bisnis.
Pelajari lebih lanjut bagaimana menyikapi perkembangan AI untuk dijadikan sebagai alat kolaborasi yang efektif dengan tenaga kerja perusahaan Anda bersama MarkPlus Institute dan ITS dalam program Magister Manajemen Teknologi yang unggul, inovatif, profesional, dan berintegritas, MMT in Technomarketing.
Program ini menawarkan bidang keahlian Technomarketing yang membahas aspek fundamental dalam dunia bisnis teknologi, seperti manajemen bisnis dan aspek strategis pemasaran bisnis teknologi, termasuk memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Bidang ini akan mengenalkan Anda tentang konsep, praktik dan studi kasus seputar bisnis dan pemasaran produk teknologi. Selain itu, Anda akan mendapatkan pengetahuan seluk-beluk manajemen teknologi dan manajemen marketing yang aplikatif agar dapat diterapkan dalam dunia bisnis atau perusahaan.
Tunggu apalagi? Jadilah bagian dari MMT SIMT ITS sekarang juga! Untuk informasi lebih lanjut Anda bisa klik di sini, ya!