8 Karakteristik Consumer Behaviour pada Gen Z

Saat ini, generasi z (Gen Z) memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap laju perekonomian. Untuk tetap relevan dan berkembang, suatu perusahaan perlu mempelajari consumer behaviour (perilaku konsumen) yang melekat pada Gen Z, sebelum merencanakan strategi pemasaran.
Mengapa demikian? Karena Gen Z memiliki pola consumer behaviour dengan perspektif, preferensi serta harapan yang berbeda, dibandingkan dengan generasi sebelumnya (sebut saja generasi boomers dan millennials).
Menariknya, mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 ini merupakan generasi pertama yang tidak pernah mengenal dunia tanpa internet dan gadget, sehingga hal ini menjadikan mereka sebagai masyarakat asli digital (digital native).
Oleh karena itu, tidak heran apabila Gen Z selalu mengandalkan gadget mereka untuk mencari produk yang dibutuhkan dan cenderung berinteraksi dengan brand favorit mereka secara online.
Artikel ini akan mengupas satu per satu karakteristik consumer behaviour Gen Z yang bisa Anda pertimbangkan, sebelum memutuskan strategi pemasaran yang cocok diimplementasikan oleh perusahaan Anda. Simak artikel ini hingga selesai!
Karakteristik Consumer Behaviour Gen Z
Menurut sensus penduduk yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, saat ini penduduk Indonesia didominasi oleh Gen Z (sebanyak 27,94% penduduk). Oleh karena itu, mereka menjadi pasar utama dalam dunia bisnis dan laju perekonomian. Berikut ini akan dijelaskan beberapa karakteristik consumer behaviour yang melekat pada Gen Z, antara lain:
1. Bersedia Membayar Lebih Mahal untuk Produk Ramah Lingkungan
Sebagai generasi pertama yang tumbuh di dunia yang penuh dengan perubahan iklim, polusi dan sampah plastik, Gen Z sangat sadar (aware) akan dampak yang ditimbulkan manusia terhadap lingkungan.
Bahkan, menurut sebuah survei yang dilakukan oleh IBM (International Business Machines Corporation), sebanyak 73% Gen Z bersedia membayar lebih untuk produk ramah lingkungan. Statistik tersebut mengungkapkan adanya perubahan yang signifikan pada perilaku konsumen dan menyoroti pentingnya sustainability (keberlanjutan) dalam pemasaran bagi generasi yang sadar lingkungan alias Gen Z.
2. Spend Less
Banyak Gen Z yang tumbuh besar dengan menyaksikan orang tua mereka mengalami kesulitan keuangan dan kesulitan besar selama resesi tahun 2008. Oleh karena itu, mereka lebih hemat dan sensitif terhadap harga.
Sebanyak 19% Gen Z bersedia membeli secara kredit, dibandingkan generasi milenial yang 30% cenderung melakukan hal yang sama.
3. Memanfaatkan Media Sosial untuk Berbelanja
Faktanya kebiasaan konsumen telah beralih ke media sosial untuk mencari produk yang mereka sukai dan butuhkan. Apalagi Gen Z kurang terlahir sebagai digital native dan memiliki pendekatan yang sangat berbeda terhadap media sosial dan digitalisasi secara umum. Mereka menggunakan media sosial untuk mencari inspirasi, meneliti produk dan terhubung dengan merek favorit mereka.
4. Bergantung pada Influencer
Dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua, Gen Z cenderung kurang mempercayai perusahaan. Sebaliknya, mereka memilih untuk mengikuti influencer di Instagram, TikTok ataupun YouTube, yang memiliki pengikut dan jangkauan yang tinggi. Influencer tersebut dapat memengaruhi mereka untuk memutuskan apakah suatu produk layak dibeli atau tidak.
5. Mementingkan Autentisitas Brand
Gen Z cenderung mencari dan menghargai brand yang berani memberikan pengalaman yang autentik dan transparan. Maksudnya, brand tersebut memberikan informasi tentang proses produksi, bahan-bahan yang digunakan, hingga dampak yang mereka ciptakan terhadap sosial dan lingkungan.
6. Menyukai Mobile Payment
Gen Z sangat menyukai mobile payment atau pembayaran yang dilakukan melalui smartphone. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa mobile payment memungkinkan untuk melakukan transaksi dengan cepat dan mudah, tanpa perlu mengeluarkan uang tunai atau menggunakan kartu kredit fisik.
7. Menyukai Konten yang Singkat
Gen Z tumbuh pada era digital di mana informasi disajikan dengan cepat melalui platform media sosial dan aplikasi berbasis gambar ataupun video. Oleh karena itu, konten yang singkat dan mudah dicerna cenderung lebih efektif untuk menarik perhatian mereka. Konten tersebut dapat berupa video pendek, meme, hingga pesan edukasi secara singkat.
8. Kurang Memiliki Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Memasuki era Gen Z, terjadi pergeseran dalam loyalitas merek (brand loyalty) dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Gen Z cenderung terbuka untuk mencoba berbagai merek dan produk baru yang kerap dipengaruhi oleh rekomendasi teman sebaya ataupun influencer yang ada di media sosial.
Penutup
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan perlu memahami karakteristik consumer behaviour (perilaku konsumen) Gen Z, sebagai generasi yang saat ini telah mendominasi pasar.
Dibandingkan generasi sebelumnya, Gen Z memiliki sikap dan kebiasaan yang sangat unik sebab mereka hidup di zaman yang serba digital. Oleh karena itu, perusahaan atau brand dituntut untuk mempelajarinya lebih mendalam, agar bisa menciptakan strategi pemasaran yang lebih efektif dan relevan.
Dalam program Executive MBA in Strategic Marketing SBM ITB bersama MarkPlus Institute, Anda akan mendapatkan materi mengenai consumer behaviour Gen Z secara lengkap, mulai dari teori hingga praktik implementasinya. Program ini merupakan pascasarjana pertama dan satu-satunya dalam bidang pemasaran strategis di Indonesia yang dirancang untuk memberikan Anda pemahaman tentang bagaimana strategi pemasaran harus dirumuskan dalam lanskap Indonesia dan ASEAN.
Sebagian besar mata pelajaran dibuat untuk memberikan sudut pandang yang lebih kontekstual sesuai dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini dan di masa mendatang sehingga cocok untuk Anda yang telah memiliki pengalaman kerja berkualitas tinggi dan ingin menambah pengetahuan tentang strategic marketing.
Tunggu apalagi? Pantau informasi pendaftarannya di sini.