·

Adopsi AI dalam Perguruan Tinggi: Tantangan di Masa Depan

Ini macam-macam Marketing Mix 7P

Tampaknya, adopsi AI (Artificial Intelligence) dalam kehidupan manusia telah menyentuh titik maksimal. Contoh Artificial Intelligence di berbagai aspek kehidupan seperti sektor industri, seperti teknologi, manufaktur, hingga layanan kesehatan, telah berhasil memanfaatkan teknologi ini dengan optimal. Tak terkecuali pada sektor pendidikan akademis, kini sejumlah perguruan tinggi di dunia mulai merasakan dampak signifikan dari adopsi AI.

Adopsi AI dalam pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan instansi. Fenomena ini diangkat dalam episode teranyar podcast โ€œGeneration AIโ€ yang dibawakan oleh Ardis Kadiu dan JC Bonilla yang menyelami status adopsi AI terkini dalam perguruan tinggi.

Dalam podcast tersebut, mereka membagikan pengalamannya saat di University System of Georgia AI Summit 2024. Mereka mengeksplorasi evolusi teknologi AI mulai dari akar sejarahnya hingga perkembangan terbaru dalam Generative AI dan asisten AI.

Simak artikel ini untuk mengetahui bagaimana adopsi AI dalam ranah perguruan tinggi diimplementasikan bukan hanya dalam aspek pelayanan dan administrasi, melainkan proses pembelajaran. 

Sejarah dan Evolusi AI Dalam Perguruan Tinggi

Jauh sebelum melekat dengan masyarakat sekarang, sebenarnya sejarah perkembangan Artificial Intelligence (AI) dapat ditelusuri sejak tahun 1950-an, ketika Alan Turing memperkenalkan konsep mesin yang mampu meniru kemampuan berpikir manusia. Melalui Turing Test, ia membuka jalan bagi penelitian yang lebih mendalam terkait kecerdasan buatan. Selama beberapa dekade berikutnya, AI mengalami perkembangan yang pesat, dengan fokus awal pada pemrograman logika dan matematika.

Baca juga  7 Manfaat Customer Relationship Management (CRM) bagi Bisnis

Namun, baru pada awal abad ke-21, AI mulai menunjukkan potensi luar biasa dalam berbagai bidang, tak terkecuali pendidikan. Hal ini memungkinkan institusi pendidikan untuk memanfaatkan teknologi tersebut dalam berbagai aspek seperti proses pembelajaran, administrasi, dan layanan mahasiswa.

Perkembangan terkini dalam Generative AI seperti Generative Pre-trained Transformer (GPT), telah merevolusi cara pengolahan data dan interaksi dalam dunia pendidikan. GPT dan model AI sejenis mampu memahami dan menghasilkan teks yang menyerupai tulisan manusia sehingga terciptanya interaksi lebih canggih antara mahasiswa dan sistem pendidikan.

Dalam konteks perguruan tinggi, Generative AI adalah jawaban yang tepat untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam personalisasi pembelajaran, penyusunan materi ajar, hingga penyediaan layanan bimbingan akademik. Dampak dari evolusi ini adalah kemampuan perguruan tinggi untuk menawarkan pengalaman belajar yang lebih efisien, adaptif, dan mendalam. Sehingga pada gilirannya akan menunjang kesuksesan tri dharma perguruan tinggi di seluruh dunia.

AI Sebagai Pendukung Layanan Pendidikan

Dalam diskusi yang membahas peranan AI dalam perguruan tinggi tersebut, JC Bonilla membagikan pengalamannya saat berada di University System of Georgia AI Summit 2024. Ia menyebutkan peran Artificial Intelligence (AI) dalam sektor pendidikan tinggi ditekankan sebagai salah satu elemen kunci yang dapat merevolusi penyediaan layanan bagi mahasiswa.

Menurutnya, AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan layanan administrasi, seperti proses penerimaan, pendaftaran, serta bimbingan akademik. Teknologi ini tidak hanya berfokus pada aspek pembelajaran dan kurikulum, tetapi juga mampu mempermudah tugas-tugas administratif yang cukup memakan waktu. Dengan bantuan AI, institusi pendidikan dapat lebih efisien dalam mengelola kebutuhan mahasiswa dan memberikan layanan yang lebih cepat dan personal.

Meski begitu, Bonilla menyoroti bahwa banyak institusi pendidikan masih berada pada tahap eksplorasi dalam mengadopsi teknologi ini. Banyak yang masih mencari cara terbaik untuk mengimplementasikan teknologi ini secara efektif di lingkungan pendidikan mereka. Institusi perlu menyiapkan infrastruktur, meningkatkan literasi AI di kalangan staf, serta memahami bagaimana AI dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing kampus. Tantangan ini harus diatasi agar potensi penuh AI dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas layanan dan pengalaman mahasiswa secara keseluruhan.

Baca juga  10 Rekomendasi Aplikasi CRM Terbaik untuk Bisnis Anda

Struktur Teknologi AI dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi

Adopsi AI dalam sektor pendidikan memungkinkan timbulnya tantangan baru
Terdapat beberapa lapisan penggerak untuk menimbulkan solusi yang efektif.

Ardis Kadiu dan JC Bonilla paham betul bagaimana struktur adopsi AI yang digunakan dalam pendidikan tinggi. Mereka mengidentifikasi empat lapisan utama yang berfungsi secara sinergis untuk menghadirkan solusi berbasis AI yang efektif.

Lapisan pertama adalah Large Language Model (LLM) yang berperan sebagai โ€œotakโ€ dari AI. LLM ini mampu memproses dan menghasilkan respons dengan memanfaatkan data bahasa alami dalam jumlah besar, membuat AI dapat memahami dan berkomunikasi dengan manusia secara lebih canggih.

Selain itu, ada lapisan memori yang penting untuk memberikan konteks pada interaksi yang terjadi. Lapisan ini memudahkan AI dalam mengingat informasi dari percakapan sebelumnya, sehingga interaksi yang terjadi dapat berlangsung lebih mendalam dan relevan.

Selain LLM dan memori, lapisan keterampilan dalam adopsi AI memungkinkan teknologi ini untuk menjalankan tugas-tugas praktis seperti penjadwalan, pencarian informasi, hingga mengelola proses administrasi di berbagai bidang. Lapisan keterampilan ini memperluas fungsi AI, bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai asisten yang bisa melakukan berbagai tugas.

Terakhir, lapisan kepribadian bertugas mengintegrasikan berbagai kemampuan AI ke dalam satu entitas yang dapat berinteraksi secara lebih personal dengan pengguna. Dalam konteks perguruan tinggi, kombinasi dari keempat lapisan ini memudahkan AI dalam mengoptimalkan pengalaman mahasiswa, baik dalam hal bimbingan akademik, administrasi, maupun layanan lainnya.

Tantangan Adopsi AI di Perguruan Tinggi

Meskipun potensi AI dalam meningkatkan pengalaman belajar di pendidikan tinggi diakui efektif secara luas, adopsi AI masih perlu menghadapi berbagai tantangan. Banyak dari sejumlah institusi pendidikan masih lambat dalam mengintegrasikan AI secara menyeluruh ke dalam sistem mereka.

Baca juga  9 Ciri Social Leader yang Wajib Diketahui para Entrepreneur

Salah satu faktor yang menghambat adalah kompleksitas birokrasi dan adanya sekat antar departemen di universitas yang seringkali memperburuk proses implementasi. Alih-alih memperlancar operasional, AI justru bisa memperdalam jurang pemisah antar bagian yang sudah ada, seperti akademik, administrasi, dan layanan mahasiswa, yang pada akhirnya membuat pengalaman pendidikan menjadi lebih rumit. Institusi perlu menemukan cara untuk mengatasi hambatan ini dan mengintegrasikan AI secara menyeluruh agar teknologi ini dapat memberikan dampak optimal dalam peningkatan layanan dan pengalaman belajar.

Melihat beberapa kemungkinan tersebut, meskipun tantangan dalam mengadopsi AI di perguruan tinggi masih nyata, tidak bisa dipungkiri potensi manfaatnya jauh lebih besar dan tidak dapat diabaikan. Perguruan tinggi di seluruh dunia harus bersiap menghadapi masa depan di mana AI menjadi bagian integral dari operasi dan pembelajaran. Dengan strategi implementasi yang tepat, institusi dapat mengatasi berbagai hambatan yang ada.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *